SELAMAT DATANG

Minggu, 30 Mei 2010

Sejarah Berdirinya FBR

Sejarah Berdirinya FBR

FORUM BETAWI REMPUG (FBR) SEJABODETABEK Kebangkitan Bangsa Orang Betawi mulai tampak sejak munculnya organisasi ke”betawi”an yang bernama Forum Betawi Rempug disingkat FBR. Namun belum bisa dirasakan oleh warga inti Jakarta dan masyarakat lainnya yang telah lama hidup berdampingan. Gerak perjuangan FBR berlandaskan kepada keikhlasan, kebersamaan, dan tanggung jawab moral terhadap masyarakat di sekitarnya yang kebetulan turut tersisih dan ter-marginalkan akibat pembangunan ekonomi yang tanpa kompromi, karena pembangunan tersebut tidak melibatkan kaumnya. FBR melalui program-programnya, berusaha ingin membawa perubahan ke arah yang lebih baik, berdaya guna dan bermartabat, dan kedepannya bisa menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri melalui kompetisi secara profesional dan proporsional, namun banyak kendala yang datang menghadang dari berbagai arah.

Berangkat dari suatu keperihatinan terhadap nasib dan masa depan kaumnya secara struktural dan kultural menjadi terasing dan terpinggirkan di kampung halamannya sendiri. Sebagai kaum yang sadar akan hak, kewajiban, peran serta dan tanggung jawabnya kepada masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka pada hari Minggu Legi, 8 Rabiul Tsani 1422 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 29 Juli 2001 Masehi, FBR lahir berdiri ditonggaki oleh beberapa agamawan muda Betawi di Pondok Pesantren Yatim ”Zidatul Mubtadi’ien Cakung Jakarta Timur. Semenjak berdiri, keinginan kuat kaum Betawi dan para simpatisan di sekitar Jakarta, bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi untuk bersatu dan care dalam wadah FBR. Walau FBR hanya sebuah organisasi massa lokal namun gerak langkah dan gayanya ”mendunia” karena dunia telah mengakui keberadaannya.

Rempuk dalam kebersamaan dan menjunjung tinggi tali silahturahmi sebagai bentuk karekter khusus organisasi ini, yang berarti akur, musyawarah, kerjasama, gotong royong dan bersatu. Tidak hanya sebatas kata, melainkan dimanifestasikan dan diimplementasikan dalam perbuatan keseharian para anggotanya, sehingga menumbuh kembangkan keikhlasan, kebersamaan dan tanggung jawab dalam memperjuangkan hak-hak dan aspirasi warga kaum betawi. Meskipun ancaman, gangguan, hampatan, dan tantangan, datang dari dalam, melalui penyusupan dari luar, silih berganti, namun FBR tetap tegar serta berdiri tegak untuk selalu berkarya dan berdaya cipta dalam semangat ke-FBR-an (FBR minded).

Sejarah perjalanan dan perjuangan FBR masih membutuhkan banyak waktu dan tenaga terus menerus, sehingga harus dipersiapkan, guna menyongsong arus perubahan yang cepat. Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sosial, politik serta ekonomi, membuktikan betapa FBR sudah saatnya menata dan memperbaharui sistem pengelolaan kepemimpinan dengan senantiasa meningkatkan mutu sumber daya manusia anggotanya yang kokoh, handal dan mampu bersaing dalam menghadapi tantangan perubahan di masa sekarang dan mendatang dengan dasar kerempuqkan. Perubahan yang tidak diimbangi dan diiringi oleh kualitas sumber daya manusia yang handal dan manajemen yang baik, akan menimbulkan dampak buruk dalam tubuh organisasi berbasiskan pada tradisi, budaya lokal, agama dan masyarakat, dengan selalu mengedepankan nilai-nilai etika moral yang luhur.

FBR lahir di tengah komunitas sosial masyarakat yang ”heterogen” di Ibu Kota Negara Jakarta, karena seluruh suku bangsa berinteraksi dalam gerak masyarakat yang cepat, oleh karenanya, kemajemukan yang menjadi ciri khas penduduk Jakarta harus menjadi asset utama dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan moral. Masyarakat Betawi sebagai warga inti Jakarta memiliki banyak tantangan dalam mengembangkan dirinya di tengah masyarakat yang majemuk, baik di bidang politik, sosial budaya, ekonomi, agama dan lain sebagainya. Sehingga lahirnya FBR diharapkan agar masyarakat Betawi dapat menyalurkan aspirasi, mengaktualisasikan diri dan mengembangkan potensi tanpa harus menyisihkan etnis lain yang kebetulan hidup berdampingan di bumi Betawi.

Dengan menyatukan potensi dalam kebersamaan, FBR berani tampil menjadi fungsi kontrol terhadap ketidak adilan dalam segala aspek kehidupan di tengah masyarakat, berbangsa dan bernegara, baik di bidang politik, hukum, ekonomi dan moral. FBR dengan visi misi dan program-programnya, jelas ingin menjunjung tinggi harkat dan martabat kaumnya di tanah kelahirannya sendiri sebagai tujuan akhir yakni berupa kesejahteraan kedamaian terhadap para anggotanya serta para simpatisan yang peduli ingin memajukan dan membesarkan FBR, dengan semangat nasionalis sejati di Repulik tercinta ini.

7 komentar:

  1. FBR dimata masayarakat jakarta bak preman ..
    suka menindas tak sesuai dgn visi dan misi pad awal pembentukannya.

    BalasHapus
  2. Misi dan visinya sehh bagus, tapi oknumnya yg jelek,wahai para petinggi FBR lihat kebawah sampai ke gardu-gardu rata2 anggota fbr sprti preman yg diseragamkan dan keroyokan, Astaghfirullah.... anggotanya sdh tdk murni orang Betawi, saya sendiri sebagai putra BETAWI asli miris dan sedih dengan keadaan sebenarnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. mangkanya ente gabung dulu Bang dan jdi anggotanya baru bisa komentar dan jg bisa kasih masukan secara langsung gmna baik nya ,jgn ngaku2 aja ente asli putra betawi.

      Hapus
  3. Gue gak yakin di fbr skrg org betawi semua. Pastinya org betawi di fbr bisa di hitung, yg ada preman yg pengen numpang idup doang di fbr.. #bubarin FBR , SALAM anak kemayoran !

    BalasHapus
  4. Gue gak yakin di fbr skrg org betawi semua. Pastinya org betawi di fbr bisa di hitung, yg ada preman yg pengen numpang idup doang di fbr.. #bubarin FBR , SALAM anak kemayoran !

    BalasHapus
  5. Visi misi tujuan diadakan ormas FBR itu bagus tapi kenapa saya jadi merasa ga nyaman ya,Sering jadi keributan seperti perebutan lahan parkir dengan ormas lain bahkan sampai bacok2an dan bunuh2an.coba bang lihat kita sama2 orang indonesia seharusnya kita saling bersatu bergenggam tangan saling bahu membahu membangun negri kita tercinta ini...bukan malah saling membunuh...
    Kurangin sifat anarkis bang...
    Tumbuhkan sifat rasa saling peduli thd sesama...
    Kita hanya rakyat kecil sama2 butuh uang sama2 cari makan buat keluarga...kalau sampai mereka mati karena terbunuh apa abang ga kasian dengan anak istrinya dirumah....
    Saya dukung FBR kalau memang bertujuan untuk merempukan silaturahmi terhadap sesama putra/putri betawi.
    tapi bukan berati kita harus berkuasa,karna kita harus ingat kekuasaan Hanya Milik Allah SWT kita hanya segelincir debu yang bilamana Allah hendak menyapu kita niscaya kita akan tersapu...
    Manusia semua sama drajadnya dimata Allah SWT yg membedakan hanyalah iman dan taqwa kepada Allah dan Nabinya
    Jadi bang saran ane
    Lakuin yg terbaik untuk dunia abang seakan abang akan hidup untuk selamanya
    Dan Lakuin yg terbaik untuk Akhiratmu seakan abang akan mati besok.
    Harapan saya semoga FBR bisa menjadi ormas yang bisa melindungi dan mengayomi dan merangkul warga indonesia tercinta ini kearah yg lebih baik,saling menghargai dan saling menghormati thd sesama.
    Trimakasih ncang ncing nya babeh...
    putra Betawi Ciracas.

    BalasHapus