SELAMAT DATANG

Senin, 31 Mei 2010

BEKSI-Silat Betawi ( MAEN PUKULAN BETAWI )

BEKSI-Silat Betawi

BEKSI : MAEN PUKULAN BETAWI

1. Asal Usul Beksi

Seni budaya beladiri yang oleh orang betawi disebut maen pukulan Beksi lahir dari kemampuan orang terpilih yang tiada hentinya melatih kepekaan inderawi, mengolah kelebihan atau kelenturan anatomi tubuh dan belajar sebanyak mungkin dari pertanda alam seperti riak sungai, hembusan angin, gerak dan laku macan, monyet, kelabang, belalang,dst (hal 19).

Menurut buku ini, asal usul beksi ada beberapa versi.

a. Versi pertama. Versi ini dikisahkan oleh seorang sesepuh Beksi: H Atang Lenong (usia 84 tahun –ketika wawancara tahun 2001). Beksi mulai muncul ke permukaan dalam kurun pertengahan abad 19 sekitar tahun 1850-1860-an. Pada masa ini ada seorang tuan tanah di daerah tangerang bernama Gow Hok Boen yang tinggal di kampung kosambi. Tuan tanah ini kebetulan gemar akan beladiri dan menguasai ilmu kuntao atau kungfu. Orang lokal tangerang mengenal Gow Hok Boen sebagai Tuan tanah kedaung.

Sebagai tuan tanah, Tuan Gow punya sekian banyak centeng untuk membantunya. Kepala centengnya bernama Ki Kenong yang memiliki ilmu beladiri yang tinggi dan dicampur dengan ilmu sihir yang dahsyat. Tertarik dengan beladiri, Tuan tanah ini mengadakan sayembara untuk mencari jagoan yang lebih hebat dari kepala centengnya dan mendapat kedudukan menggantikan jabatan sebagai kepala centeng. Maka setiap malam minggu diadakan pibu alias duel dengan banyak jagoan yang mau mengadu ilmu dan keberuntungan dengan melawan Ki Kenong.

Namun dari sekian banyak penantangnya belum ada satupun yang berhasil mengalahkan Ki Kenong. Tersebutlah ada seorang tukang singkong rebus (disebut ancemon atau singkong urap) bernama Pak Jidan yang setiap malam menjual singkong di tengah keramaian pertunjukan duel ini. Pak Jidan mengambil singkong dari hutan dekat tempat tinggalnya dan singkong tersebut tidak habis-habis dan seperti ada yang memelihara, namun karena di hutan Pak Jidan tidak ambil pusing. Suatu sore, ketika pak Jidan beristirahat di rumahnya dia didatangi oleh seorang pemuda yang protes karena singkong yang dia tanam dan pelihara di hutan diambil oleh pak jidan. Karena tidak tahu pak Jidan pun minta maaf. Melihat keluguan dan kekjujuran pak Jidan serta hidupnya yang miskin, orang misterius itu menawarkan untuk membantu pak Jidan dengan memberi pelajaran maen pukulan; tanpa memandang waktu itu pak jidan sudah berumur sekitar 60-an.

Singkat kata, Pak jidan menerima pelajaran maen pukulan sebanyak 8 jurus dan tiga atau empat lagi belum diajarkan, yang akan diajarkan oleh orang lain. Sebelum pergi orang misterius itu minta kemenyan dan berpesan bahwa dia bisa dipanggil-- jika pak jidan memerlukan --dengan membakar kemenyan dan membaca mantra. Ketika orang itu pergi, Pak Jidan melihat ekor macan tersembul dari balik jubahnya dan juga tengkuknya terlihat loreng-loreng seperti layaknya kulit harimau. Pak jidan pun terkejut dan maklum bahwa dia dikunjungi dan diajari maen pukulan oleh Ki Belang atau Siluman Macan Putih.

Malam selanjutnya, pak Jidan berjualan seperti biasa di tengah pentas duel. Disebabkan karena jengkel dengan jagoan-jagoan yang tidak bayar sewaktu makan singkong dagangannya, Pak Jidan menendang keranjang dagangannya dan melayang masuk ke tengah gelanggang. Tuan tanah Gow pun marah dan menyuruh orang menyeret Pak Jidan tengah arena dan memaksanya bertarung dengan Ki Kenong.

Di luar dugaan, Pak Jidan mampu mengalahkan di Kenong dengan ilmu yang diajarkan oleh Ki Belang itu. Menurut legenda, dengan jurus baroneng-lah Pak Jidan melumpuhkan ilmu Ki Kenong yang terkenal dengan ‘pukulan tangan berapi’. Ketika ditanya oleh Tuan Gow tentang ilmu yang dipakai oleh Pak Jidan, dia tidak tahu apa namanya. Lalu tuan Gow Hok Boen menyebutnya Beksi artinya pertahanan empat mata angin. Sejak itu terkenallah Pak Jidan—yang diangkat sebagai kepala pengawal keamanan-- dengan ilmu beksinya.

b. Versi kedua diceritakan oleh H Mahtun (lahir di petukangan 1945). Alkisah di kampung bagian timur tangerang hiduplah seorang laki-laki yang mahir beladiri bernama Raja Bulu berusia sekitar 63 tahun yang hidup berdua dengan anaknya yang gagu (bisu), istrinya sudah meninggal dunia.

Kehidupan Raja Bulu berkecukupan dengan pekerjaan mengajar silat dari kampong ke kampong. Si anak sendiri tidak mau belajar silat pada bapaknya. Suatu ketika Raja bulu bertanya pada anaknya mengapa dia tidak mau belajar maen pukulan. Dan jawabannya sungguh mengejutkan: karena di anak belum tentu kalah dalam sambut-pukul dengan Raja Bulu.

Si ayah lalu mengetes dan terjadilah pertarungan dan menjadi keteter atau kewalahan menghadapi ilmu anak bisu. Akhirnya si anak mengaku bawah selama ini dia belajar maen pukulan di hutan dan dilatih oleh siluman mcan putih. Karena belum ada nama, Raja bulu menyebut ilmu yang dikuasai oleh anaknya : Beksi: sebab seperti segi empat dengan empat arah . Sejak itu Raja Bulu pun belajar pada anaknya dan ilmu ini pun diajarkan ke murid-muridnya.Demikian beksi pun berkembang.

Dalam perkembangan selanjutnya para pendekar Beksi memberi banyak makna pada ilmu maen-pukulan ini. Ada yang mengartikan BEKSI= Berbaktilah Engkau pada Sesama Insan ....

Asal usul di atas merupakan folklore, cerita rakyat berisi legenda yang didalamnya terdapat unsur-unsur kenyataan dan juga mitos atau legenda.

2. Tokoh-tokoh Beksi

Hampir semua aliran beksi mengakui bahwa yang mengajarkan pertama-tama ilmu beksi adalah Ki Kidan ( Ki Iban) dan atau Raja Bulu.

Lebih lanjut inilah para tokohnya berdasarkan generasi:

Generasi I : Raja Bulu dan Ki Jidan (Ki Iban)

Generasi II : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji’ah

Generasi III : Kong Marhali, Nyi Mas Melati, Kong Godjalih

Generasi IV : Kong H Hasbullah, Kong HM Nur, Kong Simin, Minggu, Salam Kalut, H Mansyur, Muhammad Bopeng

Generasi V : Tonganih, Dimroh, HM Yusuf, HM Nuh, Sidik, H Namat, H Syahro, Mandor Simin, Umar

Generasi VI :H Machtum, Tong tirih, H Dani, Udin Sakor, Soleh, Tholib/syaiful, dll

Generasi VII : Abdul Aziz, Abdul Malik, HA Yani, Mftah, Nasrullah, dll


Ki Iban/Raja Bulu memiliki murid yaitu : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji’ah.

Yang belajar pada atau menjadi murid dari Ki Ceng Ok yaitu : Kong Godjalih, Kong Marhali. Sedangkan Nyimas Melati berguru pada Ki Dalang Ji’ah.

Para murud dari Ki Ceng Ok terus menerus menyebarkan Beksi hingg ke Jakarta dan tempat lain. Mereka dikenal denga sebutan 'Beksi empat serangkai' yakni : Kong Jali, Kong Has, Kong Nur dan Kong Simin.

3. Jurus-jurus dan belajar Beksi

Jurus-jurus Beksi terkenal dengan keras, cepat, ringkas dan mengarah pada tempat-tempat yang mematikan pada tubuh.

Sebelum mempelajari jurus, murid biasanya mengikuti syarat penerimaan siswa yang disebut rosulan atau ngerosul; berupa tawasul disertai zikir tahlil memanjatkan doa pada Allah SWT agar dalam mempelajari beksi diberi kerido’an, kekuatan, ketabahan dan kesabaran.

Dalam permain-an jurus, ada banyak melakukan gedi-(k/g) atau hentakan kaki ke lantai dan gerakan tangan yang sangat cepat. Oleh sebab itu dianjurkan untuk melotot dan tidak berkedip dalam melihat gerak lawan.

Cara belajar –mengajar beksi :
a. Diperkenalkan jurus. Murid menirukan disebut juga : asal tau jalan
b. Tuntun. Latihan gerak bela yang dituntun oleh guru dengan teknik dan aplikasi jurus
c. Sambut. Murid tanding dengan sesama murid atau guru dengan menggunakan jurus.


Secara fundamental ada 12 jurus dalam beksi dibeberapa tempat disebut dengan nama yang berbeda.

NAMA JURUS.

Berikut nama-nama jurus beksi berdasarkan wilayahnya:

DAERAH I
1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Cauk
5. Jurus Broneng
6. Jurus Bandut
7. Jurus Beksi Satu
8. Jurus Silem
9. Jurus lokbe
10. Jurus Bolang Baling
11. Jurus Janda Berias
12. Jurus Panca Lima

DAERAH I I
1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Ganden
5. Jurus Bandut/bandul
6. Jurus Broneng
7. Jurus Tingkes
8. Jurus Rusia Pecah Tiga
9. Jurus Bolang Baling
10. Jurus Gebal
11. Jurus Kebut
12. Jurus Petir

DAERAH III
1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Bandut/bandul
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Tingkes
8. .Jurus timpug
9. .Jurus Kebut
10. .Jurus Tiga
11. .Jurus Galang Tiga
12. .Jurus Galang Lima

DAERAH IV
1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Kebut
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Beksi Satu
8. .Jurus Ganden Susun
9. .Jurus Tingkes
10. .Jurus Silem
11. Jurus Timpug
12. Jurus Tunjang/Petir

Pelajaran senjata juga diberikan yaitu ilmu golok yang terdiri dari dua jurus yaitu jurus golok satu dan dua. Jurus golok satu dipecah lagi jadi jurus satu hingga jurus tujuh. Sedangkan jurus golok dua dipecah menjadi 2 jurus yaitu jurus satu dan dua.

Kombinasi jurus baik tangan kosong maupun golok sangat sanagt penting dalam beksi sehingga bisa bercipta berbagai jurus lagi misalnya : Jurus bandut tepuok, jurus bandut galang, dll.

“ Lu jual gue beli”
“Lu jangan maen pukul aje, maen hakim sendiri. Pakelah ilmu padi, mangkin berisi, mangkin merunduk”

Minggu, 30 Mei 2010

Sejarah Berdirinya FBR

Sejarah Berdirinya FBR

FORUM BETAWI REMPUG (FBR) SEJABODETABEK Kebangkitan Bangsa Orang Betawi mulai tampak sejak munculnya organisasi ke”betawi”an yang bernama Forum Betawi Rempug disingkat FBR. Namun belum bisa dirasakan oleh warga inti Jakarta dan masyarakat lainnya yang telah lama hidup berdampingan. Gerak perjuangan FBR berlandaskan kepada keikhlasan, kebersamaan, dan tanggung jawab moral terhadap masyarakat di sekitarnya yang kebetulan turut tersisih dan ter-marginalkan akibat pembangunan ekonomi yang tanpa kompromi, karena pembangunan tersebut tidak melibatkan kaumnya. FBR melalui program-programnya, berusaha ingin membawa perubahan ke arah yang lebih baik, berdaya guna dan bermartabat, dan kedepannya bisa menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri melalui kompetisi secara profesional dan proporsional, namun banyak kendala yang datang menghadang dari berbagai arah.

Berangkat dari suatu keperihatinan terhadap nasib dan masa depan kaumnya secara struktural dan kultural menjadi terasing dan terpinggirkan di kampung halamannya sendiri. Sebagai kaum yang sadar akan hak, kewajiban, peran serta dan tanggung jawabnya kepada masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka pada hari Minggu Legi, 8 Rabiul Tsani 1422 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 29 Juli 2001 Masehi, FBR lahir berdiri ditonggaki oleh beberapa agamawan muda Betawi di Pondok Pesantren Yatim ”Zidatul Mubtadi’ien Cakung Jakarta Timur. Semenjak berdiri, keinginan kuat kaum Betawi dan para simpatisan di sekitar Jakarta, bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi untuk bersatu dan care dalam wadah FBR. Walau FBR hanya sebuah organisasi massa lokal namun gerak langkah dan gayanya ”mendunia” karena dunia telah mengakui keberadaannya.

Rempuk dalam kebersamaan dan menjunjung tinggi tali silahturahmi sebagai bentuk karekter khusus organisasi ini, yang berarti akur, musyawarah, kerjasama, gotong royong dan bersatu. Tidak hanya sebatas kata, melainkan dimanifestasikan dan diimplementasikan dalam perbuatan keseharian para anggotanya, sehingga menumbuh kembangkan keikhlasan, kebersamaan dan tanggung jawab dalam memperjuangkan hak-hak dan aspirasi warga kaum betawi. Meskipun ancaman, gangguan, hampatan, dan tantangan, datang dari dalam, melalui penyusupan dari luar, silih berganti, namun FBR tetap tegar serta berdiri tegak untuk selalu berkarya dan berdaya cipta dalam semangat ke-FBR-an (FBR minded).

Sejarah perjalanan dan perjuangan FBR masih membutuhkan banyak waktu dan tenaga terus menerus, sehingga harus dipersiapkan, guna menyongsong arus perubahan yang cepat. Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sosial, politik serta ekonomi, membuktikan betapa FBR sudah saatnya menata dan memperbaharui sistem pengelolaan kepemimpinan dengan senantiasa meningkatkan mutu sumber daya manusia anggotanya yang kokoh, handal dan mampu bersaing dalam menghadapi tantangan perubahan di masa sekarang dan mendatang dengan dasar kerempuqkan. Perubahan yang tidak diimbangi dan diiringi oleh kualitas sumber daya manusia yang handal dan manajemen yang baik, akan menimbulkan dampak buruk dalam tubuh organisasi berbasiskan pada tradisi, budaya lokal, agama dan masyarakat, dengan selalu mengedepankan nilai-nilai etika moral yang luhur.

FBR lahir di tengah komunitas sosial masyarakat yang ”heterogen” di Ibu Kota Negara Jakarta, karena seluruh suku bangsa berinteraksi dalam gerak masyarakat yang cepat, oleh karenanya, kemajemukan yang menjadi ciri khas penduduk Jakarta harus menjadi asset utama dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan moral. Masyarakat Betawi sebagai warga inti Jakarta memiliki banyak tantangan dalam mengembangkan dirinya di tengah masyarakat yang majemuk, baik di bidang politik, sosial budaya, ekonomi, agama dan lain sebagainya. Sehingga lahirnya FBR diharapkan agar masyarakat Betawi dapat menyalurkan aspirasi, mengaktualisasikan diri dan mengembangkan potensi tanpa harus menyisihkan etnis lain yang kebetulan hidup berdampingan di bumi Betawi.

Dengan menyatukan potensi dalam kebersamaan, FBR berani tampil menjadi fungsi kontrol terhadap ketidak adilan dalam segala aspek kehidupan di tengah masyarakat, berbangsa dan bernegara, baik di bidang politik, hukum, ekonomi dan moral. FBR dengan visi misi dan program-programnya, jelas ingin menjunjung tinggi harkat dan martabat kaumnya di tanah kelahirannya sendiri sebagai tujuan akhir yakni berupa kesejahteraan kedamaian terhadap para anggotanya serta para simpatisan yang peduli ingin memajukan dan membesarkan FBR, dengan semangat nasionalis sejati di Repulik tercinta ini.

Bercinta cara Islam

Bercinta cara Islam

CINTA………ada apa dengan cinta….?
Persoalan yang sering bermain-main dan berlegar-legar di pikiran kita hari ini. Adakah dengan mempunyai seorang kekasih yang sentiasa bersama boleh dikatakan kita bercinta? Atau dengan mempunyai seekor kucing yang sangat kita sayangi juga boleh dikatakan kita bercinta? Atau bagaimanakah??? Marilah sama-sama kita rangkaikan persoalan-persoalan itu.
Cinta menurut kamus membawa kepada 4 maksud, maksud yang kedua adalah perasaan dan berperasaan sangat berahi (asyik, kasih, sayang ) antara lelaki dan perempuan. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, cinta boleh dikategorikan kepada tiga yaitu cinta agung, cinta pertengahan, cinta hina. Di manakah status cinta kita?? Cinta agung adalah cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cinta kepada kita sesama makhluk. Seorang muslim yang memiliki cinta agung biasanya akan menyerahkan segala-gala yang dimilikinya hanya kerana Allah. Manakala cinta pertengahan adalah cinta kepada orang lain berdasarkan akidah. Cinta hina pula adalah mencintai perkara lain selain Allah serta menurut hawa nafsu dan tunduk kepada godaan syaitan.Cinta bukan hanya sesama manusia tetapi juga kepada makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, alam sekitar dan yang paling utama adalah cinta kepada pencipta seluruh alam yaitu Allah S.W.T. cinta adalah anugerah Allah kepada setiap makhlukNya yang merupakan suatu fitrah yang suci dan bersih.
Skop cinta sangat luas untuk dibahaskan. Namun pada kesempatan yang sedikit ini, ingin saya membawa teman2 sekalian merenung seketika kepada masalah yang sedang melanda kepada remaja kita pada hari ini yaitu isu couple atau isu bercinta di antara lelaki dan perempuan yang belum menikah. Persoalan yang ingin dibincangkan ialah adakah Islam melarang umatnya bercinta dengan bukan muhrim sebelum menjadi pasangan suami isteri yang sah ?. Pada dasarnya Islam tidak melarang umatnya untuk mencintai dan menyayangi antara lelaki dan perempuan. Ini kerana perasaan cinta itu adalah merupakan suatu naluri yang suci. Namun setiap pasangan itu perlu menjaga batas-batas yang disyariatkan oleh Islam. Antaranya ialah tidak keluar berdua-duaan walaupun bukan ditempat yang sunyi kerana ini boleh menimbulkan fitnah dan syaitan pasti menjadi orang ketiga yang mengajak kepada perlakuan mungkar. Tidak berpegang-pegangan tangan, tidak bertelefon terlalu lama sehingga lewat pagi dan membincangkan perkara-perkara yang boleh menimbulkan nafsu syahwat seperti bermanja-manja, memanggil pasangan dengan panggilan sayang,darling dan seumpamanya.. Setiap pasangan perlu menjaga batas-batas aurat dari segi suara, pakaian, tingkah laku dan lain-lain. Ini kerana status antara lelaki dan perempuan itu adalah ajnabi dan masih belum halal. Selain itu, dengan bercinta dapat meningkatkan prestasi kita dalam pelajaran,menjadikan diri kita lebih dekat kepada Allah, taat pada perintah Allah dan seumpamanya. Sekiranya kita mampu untuk menjaga batas-batas tersebut, maka ia dibolehkan tetapi jika tidak mampu maka lebih baik ditinggalkan daripada kita meletakkan diri kita di dalam kemurkaan Allah dan membawa diri kita kepada kancah kemaksiatan. Semuanya bergantung kepada diri sendiri, Tanya pada diri sendiri adakah mampu untuk menjaga syariat Islam? TEPUK DADA TANYA IMAN.
Bagaimanakah kita boleh katakan seseorang itu sedang bercinta?
Adakah kita tahu tanda-tandanya. Mari kita selidiki.
- Tumpu perhatian kepada seorang saja, seseorang yang menyintai Allah akan menumpukan sepenuh perhatiannya kepada Allah.·
-Malu kepada orang yang dicintai. Cinta kepada Allah akan membuatkan kita malu untuk melakukan maksiat kepada Allah.·
-Sentiasa mengingati orang yang dicintai dan namanya sering disebut-sebut. Hati selalu mengingati dan menyebut nama Allah..·
-Tunduk pada perintah orang yang dicintai. Cepat menunaikan perintah Allah.· Bersabar menghadapi gangguan orang yang dicintai.
-Bersabar kerana Allah,akan dapat pahala tanpa hisab di akhirat.·
-Mencintai tempat dan rumah kekasih . demikian orang yang cintakan Allah akan cintakan masjid dan majlis-majlis ilmu. Ini adalah tanda-tanda seseorang yang mencintai Allah dan mencintai sesama manusia. Namun cinta kepada Allah melebihi segala-galanya.

Wahai sahabat-sahabat yang sedang bercinta, janganlah terlalu mudah percaya pada pasangan kita sehingga sanggup berkorban apa sahaja dan meletakkan harapan yang terlalu tinggi pada mereka , ini karena belum pasti bahawa pasangan kita itu akan menjadi suami atau isteri kita pada masa depan. Ketahuilah bahwa Allah sudah menetapkan jodoh masing-masing bagi setiap hambanya. Serahkanlah segala-galanya pada Allah. Yakinlah dengan ketentuan qada’ dan qadar dari Allah.
Mohonlah pertolongan dan perlindungan dari Allah supaya perhubungan kita diberkati dan dirahmati serta diredhai oleh Allah dan dihindari daripada segala kemaksiatan. Ingatlah sesungguhnya Allah mengetahui dan melihat setiap perkara yang kita kerjakan.

Kepada sahabat-sahabat yang belum bercinta, jangan kita merasa resah gelisah. Ingatlah Allah sudah janjikan jodoh untuk setiap hambaNya. InsyaAllah akan ketemui jua suatu hari nanti. Tidak semestinya di kampus, mungkin ditempatkan kerja. Sentiasalah berdoa agar kita dipertemukan dengan insan yang baik. Sekiranya kita baik InsyaAllah akan berjumpa dengan orang yang baik begitu juga sebaliknya, maka kita perlulah sentiasa memperbaiki diri dari sehari ke sehari. Ini adalah janji Allah kepada hambanya dan Allah tidak pernah memungkiri janji. Doa adalah senjata bagi orang yang beriman. Dengan doa akan dapat memberi kekuatan dan semangat pada kita untuk mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah Taala: “mintalah kepada Ku nescaya akan Aku kabulkan.” (Al-Mukmin:60).
Firman Allah lagi: “dan kepada mereka yang yang benar berjihad untuk mencari keredhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami ( petunjuk) sesungguhnya Allah benar-benar bersama dengan orang yang berbuat baik.”(Al-Ankabut:69).
Di sini dapat kita simpulkan bahawa Islam bukan hanya mengharamkan zina bahkan mengharamkan juga perkara-perkara yang mendekatkan diri kita kepada zina dengan ungkapan jangan mendekati zina jangan mendekati yang keji. Marilah kita saling nasihat menasihati agar kita di selamatkan dari kemurkaan Allah SWT, dan bekerjasama untuk membenteras kemaksiatan dan perkara – perkara yang boleh mendorong kepada kemaksiatan. Marilah kita mengamalkan cara hidup dan budaya Islam sekiranya kita mau mengobati pelbagai penyakit yang menimpa masyarakat Islam kita hari ini.WAALLAHUALAM